Pergeseran Tradisi Bakar Kemenyan
Pergeseran tradisi "Bakar Kemenyan", sepanjang pengamatan diperoleh indikasi pergeseran budaya bakar kemenyan pada ritual-ritual tertentu, diganti dengan minyak wangi, karena bakar kemenyan atau menyan dipandang berabe harus ada parukuyan (bara kayu api dan sabut kelapa), sehingga pengguna lebih memilih minyak wangi untuk mengganti asap harum menyan, dipandang lebih praktis daripada harus meuleum menyan dina parukuyan (bakar kemenyan dalam sabut kelapa).
Karena ruhak seuneu (arang dari kayu) sulit diperoleh akibat hawu suluh (kayu bakar) diganti dengan kompor gas yang sama sekali tidak menghasilkan ruhak panas (arang panas); selain dari hal itu asap wangi kemenyan lebih tajam sehingga tersebar sampai ke tetangga, sedangkan minyak wangi tidak terlalu tajam; ada hal hal yang lebih serius lagi bahwa bakar menyam sering diindikasikan dengan penyelewengan aqidah; sehingga para pengguna menyan semakin menyusut karena beberapa alasan yang telah dikemukakan di atas.
Jika berjiarah ke makam karuhun atau kabuyutan cukup hanya membawa air putih dan kembang-kembangan seperti umumnya berjiarah mendoakan orang tua ataupun kerabat yang telah meninggal dunia (ka jati mulih ka asal).
Tidak ada komentar