Naskah Rawi Nabi
Ringkasan isi:
Dikisahkan kabilah kaum Qurais yang hendak berdagang ke negeri Esam dipimpin oleh seorang kepala rombongan bernama
Abu Jahal. Rombongan kabilah semuanya menunggang unta. Namun tiba-tiba
unta yang ditunggangi Abu Jahal di paling depan tidak mau maju. Abu
Jahal berusaha memaksa unta supaya melangkah, unta itu tetap diam bahkan
menjatuhkan Abu Jahal dari punggungnya. Abu Jahal terjatuh dari
punggung unta hingga pingsan. Selanjutnya Abu Jahal disarankan
teman-temannya agar ganti naik unta. Abu Jahal menaiki unta lain, tetapi
memasrahkan jabatan kepala rombongan kepada Alobah.
Ketika
rombongan melanjutkan perjalanan tiba-tiba Alobah, kepala rombongan yang
paling depan, diserang seekor harimau. Unta yang ditungganginya menjadi
sasaran terkaman harimau itu. Abu Bakar yang ikut serta dalam rombongan
itu berkata dalam hati. 'Ki Alobah, sebenarnya harimau itu hendak
menerkammu, tetapi unta itu telah bela pati menjadi perisai.'
Keesokan
harinya yang menjadi kepala rombongan Ki Kosim. Konon malaikat Jibril
turun dari langit ke alam dunia membawa unta dari surga. Unta itu
ditungganginya mendahului Ki Kosim. Unta yang ditunggangi malaikat
adalah unta betina, sedangkan yang ditunggangi Ki Kosim adalah utna
jantan. Ketika unta jantan yang ditunggangi Ki Kosim melihat unta betina
itu, maka unta Ki Kosim berlari mengejar unta yang ditunggangi malaikat
meninggalkan rombongan. Seketika anggota rombongan merasa heran jalan
menjadi rata. Jibril dan untanya tiba-tiba menghilang tanpa ada yang
tahu seorang pun. Ki Kosim bingung, jalan mendadak buntu. Semua menjadi
tambah kaget, jalan menjadi hutan belantara. Tiba-tiba Abu Jahal
berkata, 'Hal ini pasti karena Muhammad ikut rombongan kita.' Kemudian
dari belakang Abu Bakar menyela, 'Hai Abu Jahal , jangan sekali-sekali
kau bicara asal bunyi. Muhammad itu bukan orang sembarangan, jika kamu
tahu. Coba bila kamu beri ia kesempatan menjadi kepala rombongan mungkin
kita tidak akan mengalami kejadian seperti ini.' Kemudian Abu Jahal pun
menuruti saran Abu Bakar dan Muhammad disetujui menjadi kepada
rombongan menggantikan Ki Kosim. Maka ketika Muhammad menjadi kepala
rombongan hutan belantara berubah menjadi jalan yang bagus, air, makanan
dan buah-buahan banyak. Semua rombongan bergembira.
Dalam
perjalanan pertama, Nabi dengan rombongannya dicegat oleh ular besar,
tapi semua ular itu tunduk pada Nabi. Perjalanan kedua dicegat oleh
seekor singa, tapi singa itu pun hormat dan sepertinya mengakui
kerosulan Muhammad. Perjalanan ke negeri Esam dilanjutkan kembali hingga
tiba pada sebuah rumah seorang Kyai yang sudah tua. Kyai itu bernama
Syahroh, kerjanya mempelajari kitab-kitab Jabur, Taurot dan Injil.
Ternyata Kyai Sahroh telah mengetahui kerosulan Muhammad.
Dikisahkan
perjalanan ke negeri Esam tinggal kurang lebih setengah hari lagi.
Diceritakan di negeri Esam ketika kangjeng Nabi hampir tiba sekitar 3
pal lagi di kota Esam, orang-orang penduduk Esam merasa heran ketika
terlihat cahaya menyebar ke kota Esam. Singkat cerita kangjeng Nabi
sampai ke kota Esam, tampak cahaya kangjeng Nabi gemerlapan,
kelap-kelip. Orang-orang pada bengong campur kaget. Di negeri Esam
terang benderang. Burung-burung melayang-layang bolak-balik di atas
negeri Esam seolah mengelilingi kota itu dan menandakan nabi telah
datang. Pepohonan tiba-tiba keluar tunas, daun dan kembang. Orang-orang
semakin kaget, apa sebab terjadi demikian.
Diceritakan raja Esam pun
telah melihat semua kejadian itu. Kemudian raja memanggil seorang ahli
nujum dan menanyakan kejadian itu. Ahli nujum tadi menjelaskan bahwa hal
itu sebagai tanda bakal datang ke negeri Esam seorang ratu se-alam
dunia.
Kemudian raja berdandan pakaian kebesaran hendak menyambut
kedatangannya. Maka kangjeng Nabi beserta rombongan disambut dengan
hormat oleh raja Esam dan di tempatkan di sebuah gedung mewah.
Orang-orang negeri Esam hormat dan santun kepada kangjeng Nabi. Selama
melakukan perdagangan di negeri Esam barang dagangan milik kangjeng Nabi
laris sekali. Banyak penduduk tertarik untuk membelinya. Pada suatu
hari ada 4 orang kafir yang telah mengetahui kerasulan Muhammad. Mereka
membencinya dan hendak membunuh kangjeng Nabi. Dicarilah akal, mereka
bermusyawarah. Dengan pura-pura hendak membeli barang dagangan kangjeng
Nabi karena tertarik, disuruhlah kangjeng Nabi datang ke rumah
orang-orang kafir sambil membawa dagangannya. Singkat cerita kangjeng
Nabi sampai di rumah orang kafir itu dan disuruh duduk di kursi dekat
pintu. Keempat orang kafir itu sangat santun dan hormat kepada kangjeng
Nabi. Disuguhkanlah kangjeng Nabi makanan-makanan ringan. Sementara
kangjeng Nabi mencicipi makanan itu, seorang dari empat orang kafir itu
naik persis di atas pintu dimana kangjeng Nabi duduk. Rupanya mereka
telah bersiasat jauh-jauh sebelumnya. Kangjeng Nabi disuruh duduk di
dekat pintu, di atasnya telah disimpan sebongkah batu yang akan
dijatuhkan sehingga menimpa kangjeng Nabi yang ada di bawahnya. Itulah
rekayasa keempat orang kafir itu. Tetapi rencana mereka tidak berhasil
karena batu yang akan ditimpakan kepada kangjeng Nabi tidak mampu
digeserkan oleh orang kafir itu. Bahkan batu itu menjepitnya hingga
tidak bisa keluar. Sampai ketiga orang temannya mengetahui kejadian itu.
Pada akhirnya orang yang terjepit itu hanya bisa ditolong oleh kangjeng
Nabi sendiri, setelah ia mengakui niat jahatnya.
Kondisi Naskah:
Kecamatan : Sukawening
Nama Pemegang naskah : Adang
Tempat naskah : Kp. Cieunteung Desa Mekarluyu
Asal naskah : warisan
Ukuran naskah : 16 x 21 cm
Ruang tulisan : 12 x 17 cm
Keadaan naskah : baik
Tebal naskah : 336 Halaman
Jumlah baris per halaman : 15 baris
Jumlah baris halaman awal dan akhir : 14 dan 9 baris
Huruf : Arab/Pegon
Ukuran huruf : sedang
Warna tinta : hitam
Bekas pena : agak tajam
Pemakaian tanda baca : ada
Kejelasan tulisan : jelas
Bahan naskah : kertas daluang
Cap kertas : tidak ada
Warna kertas : kecoklat-coklatan
Keadaan kertas : halus, agak tebal
Cara penulisan : timbal balik
Bentuk karangan : puisi
Tidak ada komentar