Naskah Ogin Amarsakti
Ringkasan isi:
Baginda Ma'ruf, Raja kerajaan Madusari adalah putra Baginda Hamzah, cucu Nabi Yusuf. Mempunyai dua orang istri, istri pertama bernama Nurhayat sedangkan istri kedua bernama Lasmaya. Baginda Ma'ruf dari Nurhayat mempunyai dua anak tiri bernama Pangeran Sabang dan Raden Saka. Lasmaya sendiri adalah keturunan Wiku Bagawan Madali. Baginda Ma'ruf pergi berburu ke Hutan. Lasmaya yang sedang hamil tua ditinggalkan bersama Nurhayat. Ketika Lasmaya melahirkan, Nurhayat menyuruh dukun anak agar mata Lasmaya ditutup. Anak laki-laki yang lahir dari Lasmaya dibuang ke laut dan sebagai gantinya diletakkan anak kucing, anak kera dan seekor burung ciung. Setelah Baginda Ma'ruf datang bukan main marahnya dan menuduh Lasmaya berbuat serong dan menyuruhnya dibunuh. Namun atas nasehat Patih Budiman, Lasmaya tidak jadi dibunuh melainkan dibuang ke hutan. Lasmaya dimasukkan ke dalam kerangkeng besi dan ketiga (putranya) diikutsertakan. Kucing kemudian diberi nama Panji Malang, Kera diberi nama Panca Tantran dan Burung diberi nama Panji Layang. Ketiga (putranya) itu dapat bertingkah seperti manusia dan dapat menceritakan kepada Lasmaya bahwa putra yang sebenarnya dibuang ke laut atas perintah Nurhayat.
Panca Tantran dan Panji Malang dapat mengambil pedang pusaka yang tersimpan di Keraton Madusari. Dengan pedang tersebut kerangkeng dapat dihancurkan. Mereka kemudian berlindung di tanah lading di kaki Gunung. Antaboga, Raja Negeri Malebah dalam perjalanannya dipinggir laut menemukan seorang bayi laki-laki yang sedang terapung-apung. Bayi itu diambil,dipelihara dan diberi nama Amarsakti. Setelah Amarsakti dewasa diberi tahu oleh Antaboga tentang siapa sebenarnya Amarsakti itu.
Amarsakti diberi kesempatan berkelana mengelilingi Negeri Malebah. Dalam kesempatan itu ia berjumpa dengan ibu serta dengan adik-adiknya. Lasmaya dan ketiga putranya dibawa oleh Amarsakti ke Malebah dan diterima baik oleh Antaboga. Amarsakti disuruh pergi ke Madusari oleh Antaboga untuk menjumpai ayahnya. Namun dalam perjalanannya di tengah hutan, Amarsakti berjumpa dengan rombongan Raja Baginda Ma'ruf yang sedang kesulitan karena ada seekor burung mengamuk. Ketika Baginda Ma'ruf akan ditanduk oleh seekor banteng, Amarsakti menyamar menjadi seorang anak kampung dan dapat membunuh banteng itu. Amarsakti yang mengaku bernama Sarah dibawa oleh Baginda Ma'ruf ke Madusari dan diberi tugas menemani Pangeran Sabang dan Raden Saka. Di Madusari Sarah berkesempatan berguru kepada Patih Budiman bersama-sama Pangeran Sabang dan Raden Saka.
Nurhayat tidak senang dengan adanya Sarah di Keraton itu. Pada kesempatan Sarah dibawa pergi oleh Pangeran Sabang dan Raden Saka untuk mencari pedang yang hilang dan Sarah dibunuh. Kepada Raja dilaporkan bahwa pedang tidak dapat ditemukan dan Sarah mati diterkam binatang buas. Raja tetap bersedih hati merindukan pedang yang hilang.
Karena Antaboga itu sebenarnya jin Islam, ia mengetahui Amarsakti berganti nama Sarah dan mati di tengah hutan. Antaboga segera datang dan menghidupkan kembali Sarah serta membuat pedang tiruan yang serupa dengan pedang kepunyaan Baginda Ma'ruf yang hilang. Sarah disuruh pergi mengantarkan pedang kepada raja Madusari. Kepada Raja, Sarah, melaporkan bahwa dirinya benar diterkam badak dan didalam perut badak ada seorang perempuan yang dijaga oleh seekor kera, seekor kucing dan seekor burung. Dikatakan oleh Sarah bahwa pedang diperoleh dari ketiga binatang tersebut. Setelah menyerahkan pedang, Sarah pergi pamit untuk pulang ke kampung.
Dalam perjalanan pulang Sarah tiba di negeri Mulki. Rajanya yang bernama Mulkiyah mempunyai putri cantik yang bernama Bidayasari. Di Negara Mulki Sarah berganti nama menjadi Ogin dan dijadikan anak angkat oleh tukang kebun. Bidayasari sangat senang dengan keindahan dan bunga-bungaan. Bidayasari dilamar oleh Raja madusari untuk dinikahkan dengan putranya. Pangeran sabang dan Raden saka disuruh tinggal di Keraton Mulki. Tetapi Bidayasari tidak melayani malah pergi ke kampung dan mencintai Ogin, kemudian Ogin dibawa ke Istana.
Raja Gomati dari kerajaan Geulang Keraton mencintai Bidayasari. Dirga Bahu dan Jaya kelana, patih kerajaan Geulang Keraton menculik Bidayasari. Seluruh negeri geger dan pasukan dikerahkan untuk mencari Bidayasari. Ogin semula tidak ikut mencari. Akan tetapi Raja mengatakan bahwa barang siapa yang dapat menyelamatkan Bidayasari akan dijadikan menantu. Ogin pun pergi mencari putri. Setelah diluar Istana Ogin menjelma menjadi Amarsakti dan kuda sakti pemberian Antaboga yang bernama Gelap Sakti siap membantu. Akhirnya penculik putri dapat dikalahkan dan putri dapat diselamatkan. Amarsakti menolak mengantarkan putri ke Istana walaupun putri menyatakan cinta kepadanya. Amarsakti menceritakan bahwa ia mengetahui bahwa putri diculik itu dari si Ogin. Amarsakti meminta kepada putri untuk mengadakan sayembara yang isinya barangsiapa yang dapat membawa kera, kucing dan burung yang bisa menyanyi dan berbicara, itulah yang akan menjadi suami putri. Setelah berkata begitu Amarsakti menghilang dan muncul kembali si Ogin. Putri marah pada si Ogin karena tidak berterus terang mempunyai majikan tampan.
Raja Mulki mengadakan sayembara. Kepada pelamar pertama yaitu Pangeran Sabang, raja berkata bahwa sayembara ini dilakukan untuk keadilan karena ada seratus pelamar. Si Ogin pergi pulang kampung dan kepada Antaboga berkata bahwa ia mencintai putri. Antaboga menyuruh Panji Malang, Panji Layang dan Panca Tantran untuk membantu ogin melamar putri. Karena ketiga binatang itu kelakuannya seperti manusia dan sangat menyenangkan, raja menerima lamaran itu.
Patih Durjaman mempengaruhi Raja Mulki yang sedang bingung. Patih menyarankan agar perkawinan dilakukan dengan Pangeran Sabang dari Madusari. Akan tetapi pada saat perkawinan dilangsungkan datanglah rombongan Lasmaya dari Malebah dan mendesak bahwa putranyalah yang berhak menjadi suami putri. Terjadilah pertarungan antara Madusari dan Malebah. Dewi lasmaya ikut berperang dan tidak dapat dikalahkan. Akhirnya Nurhayat diketahui bahwa ia curang. Maka Baginda Ma'ruf kembali berpermaisuri Lasmaya, sedangkan Ogin Amarsakti menikah dengan Bidayasari.
Kondisi Naskah:
Baginda Ma'ruf, Raja kerajaan Madusari adalah putra Baginda Hamzah, cucu Nabi Yusuf. Mempunyai dua orang istri, istri pertama bernama Nurhayat sedangkan istri kedua bernama Lasmaya. Baginda Ma'ruf dari Nurhayat mempunyai dua anak tiri bernama Pangeran Sabang dan Raden Saka. Lasmaya sendiri adalah keturunan Wiku Bagawan Madali. Baginda Ma'ruf pergi berburu ke Hutan. Lasmaya yang sedang hamil tua ditinggalkan bersama Nurhayat. Ketika Lasmaya melahirkan, Nurhayat menyuruh dukun anak agar mata Lasmaya ditutup. Anak laki-laki yang lahir dari Lasmaya dibuang ke laut dan sebagai gantinya diletakkan anak kucing, anak kera dan seekor burung ciung. Setelah Baginda Ma'ruf datang bukan main marahnya dan menuduh Lasmaya berbuat serong dan menyuruhnya dibunuh. Namun atas nasehat Patih Budiman, Lasmaya tidak jadi dibunuh melainkan dibuang ke hutan. Lasmaya dimasukkan ke dalam kerangkeng besi dan ketiga (putranya) diikutsertakan. Kucing kemudian diberi nama Panji Malang, Kera diberi nama Panca Tantran dan Burung diberi nama Panji Layang. Ketiga (putranya) itu dapat bertingkah seperti manusia dan dapat menceritakan kepada Lasmaya bahwa putra yang sebenarnya dibuang ke laut atas perintah Nurhayat.
Panca Tantran dan Panji Malang dapat mengambil pedang pusaka yang tersimpan di Keraton Madusari. Dengan pedang tersebut kerangkeng dapat dihancurkan. Mereka kemudian berlindung di tanah lading di kaki Gunung. Antaboga, Raja Negeri Malebah dalam perjalanannya dipinggir laut menemukan seorang bayi laki-laki yang sedang terapung-apung. Bayi itu diambil,dipelihara dan diberi nama Amarsakti. Setelah Amarsakti dewasa diberi tahu oleh Antaboga tentang siapa sebenarnya Amarsakti itu.
Amarsakti diberi kesempatan berkelana mengelilingi Negeri Malebah. Dalam kesempatan itu ia berjumpa dengan ibu serta dengan adik-adiknya. Lasmaya dan ketiga putranya dibawa oleh Amarsakti ke Malebah dan diterima baik oleh Antaboga. Amarsakti disuruh pergi ke Madusari oleh Antaboga untuk menjumpai ayahnya. Namun dalam perjalanannya di tengah hutan, Amarsakti berjumpa dengan rombongan Raja Baginda Ma'ruf yang sedang kesulitan karena ada seekor burung mengamuk. Ketika Baginda Ma'ruf akan ditanduk oleh seekor banteng, Amarsakti menyamar menjadi seorang anak kampung dan dapat membunuh banteng itu. Amarsakti yang mengaku bernama Sarah dibawa oleh Baginda Ma'ruf ke Madusari dan diberi tugas menemani Pangeran Sabang dan Raden Saka. Di Madusari Sarah berkesempatan berguru kepada Patih Budiman bersama-sama Pangeran Sabang dan Raden Saka.
Nurhayat tidak senang dengan adanya Sarah di Keraton itu. Pada kesempatan Sarah dibawa pergi oleh Pangeran Sabang dan Raden Saka untuk mencari pedang yang hilang dan Sarah dibunuh. Kepada Raja dilaporkan bahwa pedang tidak dapat ditemukan dan Sarah mati diterkam binatang buas. Raja tetap bersedih hati merindukan pedang yang hilang.
Karena Antaboga itu sebenarnya jin Islam, ia mengetahui Amarsakti berganti nama Sarah dan mati di tengah hutan. Antaboga segera datang dan menghidupkan kembali Sarah serta membuat pedang tiruan yang serupa dengan pedang kepunyaan Baginda Ma'ruf yang hilang. Sarah disuruh pergi mengantarkan pedang kepada raja Madusari. Kepada Raja, Sarah, melaporkan bahwa dirinya benar diterkam badak dan didalam perut badak ada seorang perempuan yang dijaga oleh seekor kera, seekor kucing dan seekor burung. Dikatakan oleh Sarah bahwa pedang diperoleh dari ketiga binatang tersebut. Setelah menyerahkan pedang, Sarah pergi pamit untuk pulang ke kampung.
Dalam perjalanan pulang Sarah tiba di negeri Mulki. Rajanya yang bernama Mulkiyah mempunyai putri cantik yang bernama Bidayasari. Di Negara Mulki Sarah berganti nama menjadi Ogin dan dijadikan anak angkat oleh tukang kebun. Bidayasari sangat senang dengan keindahan dan bunga-bungaan. Bidayasari dilamar oleh Raja madusari untuk dinikahkan dengan putranya. Pangeran sabang dan Raden saka disuruh tinggal di Keraton Mulki. Tetapi Bidayasari tidak melayani malah pergi ke kampung dan mencintai Ogin, kemudian Ogin dibawa ke Istana.
Raja Gomati dari kerajaan Geulang Keraton mencintai Bidayasari. Dirga Bahu dan Jaya kelana, patih kerajaan Geulang Keraton menculik Bidayasari. Seluruh negeri geger dan pasukan dikerahkan untuk mencari Bidayasari. Ogin semula tidak ikut mencari. Akan tetapi Raja mengatakan bahwa barang siapa yang dapat menyelamatkan Bidayasari akan dijadikan menantu. Ogin pun pergi mencari putri. Setelah diluar Istana Ogin menjelma menjadi Amarsakti dan kuda sakti pemberian Antaboga yang bernama Gelap Sakti siap membantu. Akhirnya penculik putri dapat dikalahkan dan putri dapat diselamatkan. Amarsakti menolak mengantarkan putri ke Istana walaupun putri menyatakan cinta kepadanya. Amarsakti menceritakan bahwa ia mengetahui bahwa putri diculik itu dari si Ogin. Amarsakti meminta kepada putri untuk mengadakan sayembara yang isinya barangsiapa yang dapat membawa kera, kucing dan burung yang bisa menyanyi dan berbicara, itulah yang akan menjadi suami putri. Setelah berkata begitu Amarsakti menghilang dan muncul kembali si Ogin. Putri marah pada si Ogin karena tidak berterus terang mempunyai majikan tampan.
Raja Mulki mengadakan sayembara. Kepada pelamar pertama yaitu Pangeran Sabang, raja berkata bahwa sayembara ini dilakukan untuk keadilan karena ada seratus pelamar. Si Ogin pergi pulang kampung dan kepada Antaboga berkata bahwa ia mencintai putri. Antaboga menyuruh Panji Malang, Panji Layang dan Panca Tantran untuk membantu ogin melamar putri. Karena ketiga binatang itu kelakuannya seperti manusia dan sangat menyenangkan, raja menerima lamaran itu.
Patih Durjaman mempengaruhi Raja Mulki yang sedang bingung. Patih menyarankan agar perkawinan dilakukan dengan Pangeran Sabang dari Madusari. Akan tetapi pada saat perkawinan dilangsungkan datanglah rombongan Lasmaya dari Malebah dan mendesak bahwa putranyalah yang berhak menjadi suami putri. Terjadilah pertarungan antara Madusari dan Malebah. Dewi lasmaya ikut berperang dan tidak dapat dikalahkan. Akhirnya Nurhayat diketahui bahwa ia curang. Maka Baginda Ma'ruf kembali berpermaisuri Lasmaya, sedangkan Ogin Amarsakti menikah dengan Bidayasari.
Kondisi Naskah:
- Kecamatan : Cilawu
- Nama Pemegang naskah : Hamim Sumirta
- Tempat naskah : Kp. Sindangrasa Desa Ngamplang
- Asal naskah : pemberian
- Ukuran naskah : 16 x 21 cm
- Ruang tulisan : 13 x 17 cm
- Keadaan naskah : baik
- Tebal naskah : 84 Halaman
- Jumlah baris per halaman : 14 baris
- Jumlah baris halaman awal dan akhir : 12 dan 11 baris
- Huruf : Arab/Pegon
- Ukuran huruf : sedang
- Warna tinta : biru
- Bekas pena : tumpul
- Pemakaian tanda baca : ada
- Kejelasan tulisan : jelas
- Bahan naskah : kertas bergaris
- Cap kertas : tidak ada
- Warna kertas : putih kekuning-kuningan
- Keadaan kertas : tipis halus
- Cara penulisan : timbal balik
- Bentuk karangan : puisi
Tidak ada komentar