Kerajaan Salakanagara, Tarumanagara, Galuh dan Kerajaan Sunda Yang Pernah Berkuasa Di Tatar Sunda
Buku-buku pelajaran yang dipelajari
di sekolah-sekolah sangat jarang menceritakan tentang sejarah peradaban
sunda, termasuk di tataran sunda sendiri, padahal bukti-bukti sejarah
cukup memadai. Meskipun tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah,
sejarah tetap sejarah, dan sejarah adalah realitas yang memang telah
terlewati. Sejarah yang diajarkan di sekolah-sekolah adalah sejarah
rekayasa dan sejarah dominasi., atau kalau menurut salah seorang
sejarawan, dikatakan sejarah kekuasaan Jadi bagaimana kesejarahan dibuat
supaya dapat mempertahankan kekuasaan, atau mendominasi yang lainnya,
sehingga disini akan terlihat suku bangsa yang superior dan inferior.
Sunda
klasik adalah sejarah yang mengagumkan, karena dalam ratusan tahun bisa
bertahan dalam kestabilan sistem yang dibuatnya. Karena itu dalam
tulisan ini mencoba untuk mengenal peradaban sunda, yang tidak berdasar
buku-buku sekolah yang banyak direkayasa, tetapi berdasar pada sumber
yang lebih tua, dan buku atau kitab-kitabnya hingga sekarang masih ada.
Setidaknya ada beberapa kisah atau naskah yang ditulisan ratusan tahun,
yang ada hingga kini, yang banyak membicarakan dominasi peradaban sunda
klasik, yaitu: Naskah Carita parahiyangan yang ditulis pada abad ke 16
M, Naskah Bujangga Manik yang ditulis sekitar abad ke-15 M, dan Naskah
Wangsakerta yang ditulis pada abad ke18 M.
Dari
naskah tersebut, terutama dari naskah wangsakerta, dibicarakan bahwa
kerajaan-kerajaan yang pernah berkuasa di tanah Sunda adalah:
1. Kerajaan Salakanagara
Keberadaan
tentang kerajaan Salakanagara ini diungkapkan dalam naskah wangsakerta,
dalam buku Pustaka Rajya Rajya I Bumi Nusantara. Dikatakan bahwa
kerajaan Salakanagara merupakan kerajaan tertua di Nusantara, yang
berkuasa dari tahun 130 Masehi sampai dengan tahun 358 Masehi.
Kerajaan
Salakanagara ini berada di teluk lada, Pandeglang, Banten sekarang.
Ibukota kerajaan Salakanagara bernama Rajatapura (kota perak), Menurut
naskah wangsakerta, Rajatapura, sebagai kota paling tua di pulau jawa,
yang hingga tahun 362 masehi menjadi pusat pemerintahan raja-raja
Dewawarman (dari Dewawarman I hingga Dewawarman 8).
Tokoh
awal yang berkuasa disini adalah Sang Aki Tirem, sedang yang dianggap
raja pertama dari kerajaan Salakanagara adalah menantunya yang bernama
Dewawarman, dan bergelar Prabu Darmaloka Dewawarman haji rakja gpura
sagara, yang memerintah hingga tahun 168 masehi.
Ada
dugaan kota Argyre yang ditemukan oleh Claudius Ptolomeus tahun 150 M,
yaitu kota perak atau salakanagara. Salakanagara yang berada di teluk
lada Pandeglang sekarang. Ada kemiripan nama kota Pandeglang sekarang
dengan sejarahnya masa lampau, yang disebut kota perak. Pandeglang
sendiri berasal dari kata pande (orang yang pandai membuat peralatan
dari logam emas, perak, besi dan lain-lain), dan geulang (perhiasan yang
melingkar di tangan, biasanya terbuat dari emas atau perak).
Dan ada cacatan dari Cina dari dinasti Han, bahwa raja-raja Tiao -Pien (Tiao= dewa, Pien= warman) dari yehtiao atau jawa mengirim utusan / duta ke cina pada tahun 132 M, Raja-raja Tiao-pien itu maksudnya adalah raja-raja dewawarman.
2. Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Tarumanagara keberadaannya selain diungkapkan dalam naskah wangsakerta, tetapi juga meninggalkan jejak banyak prasasti, sehingga hingga kini kerajaan Tarumanagara dianggap merupakan kerajaan tertua di Jawa. Keberadaan kerjaan Tarumanagara diperkirakan berkuasa di tanah sunda dari tahun 358 hingga 669 M.
Dan ada cacatan dari Cina dari dinasti Han, bahwa raja-raja Tiao -Pien (Tiao= dewa, Pien= warman) dari yehtiao atau jawa mengirim utusan / duta ke cina pada tahun 132 M, Raja-raja Tiao-pien itu maksudnya adalah raja-raja dewawarman.
2. Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Tarumanagara keberadaannya selain diungkapkan dalam naskah wangsakerta, tetapi juga meninggalkan jejak banyak prasasti, sehingga hingga kini kerajaan Tarumanagara dianggap merupakan kerajaan tertua di Jawa. Keberadaan kerjaan Tarumanagara diperkirakan berkuasa di tanah sunda dari tahun 358 hingga 669 M.
Setidaknya ada 7 prasasti peninggalan dari kerajaan Tarumanagara, yaitu: prasasti tugu, yang ditemukan di desa Tugu Jakarta; Prasasti Ciaruteun, di ciampea Bogor; Prasasti Ciawi atau terkenal juga dengan nama prasasti Ciampea; Prasasti kebon kopi di Ciampea Bogor; Prasasti Cidanghiyang atau dikenal juga dengan nama prasasti Munjul, yang ditemukan di sungai Cidanghiyang; Prasasti Muara Cianteun atau disebut juga dengan prasasti pasir muara.
Disamping itu keberadaan Tarumanagara masih didukung oleh kabar dari negeri Cina, yaitu: Berita dari Fa-hsien pada tahun 414 M, seorang pendeta budha China dalam bukunya yang berjudul Fa Kao Chi; sekitar tahun 528 dan 538 M dari dinasti Sui dan dari dinasti Tang sekitar tahun 666 dan 669 M ada utusan dari Tolomo, yang dimaksud adalah Taruma.
3. Kerajaan Galuh
Kerajaan Galuh banyak diceritakan dalam naskah wangsakerta, bahkan sejarah tentang kekuasaan galuh diceritakan dengan lebih lengkap dalam naskah Carita Parahiyangan yang ditulis akhir abad ke-16 M. Dalam perkembangannya sejarah galuh selalu dikaitkan dengan kerajaan Sunda, bahkan dikatakan sebagai kerajaan Kembar. Karena kekuasaan Sunda dan Galuh menjadi terpusat dalam satu kekuasaan, meskipun masing-masing tetap mempertahankan independensinya.
4. Kerajaan Sunda
Kerajaan Sunda juga banyak dibicarakan dalam naskah Wangsakerta dan juga Carita Parahiangan. Disamping itu ada juga naskah yang ditulis oleh Bujangga Manik yang ditulis pada abad ke 15 M, yang naskahnya ada hingga sekarang. Disamping itu banyak prasasti yang ditulis pada masa kerajaan Sunda tersebut. Diantaranya prasasti Jayabhupati yang ditemukan di Sukabumi, dan prasasti Batutulis yang ditemukan di Bogor, disamping itu ada prasasti yang ditemukan di Kawali Ciamis.
Tidak hanya itu, kerajaan Sunda pernah juga mengadakan perjanjian dengan Portugis, hal tersebut diungkap secara gamblang dalam tulisan Tome Pires. Meskipun sejarah begitu lengkap, sejarah sunda tetap tidak mendapat tempat pembahasan dalam sejarah nasional indonesia yang diajarkan di sekolah-sekolah. Dan termasuk di tatar sunda sendiri.
Tidak ada komentar