Sejarah Masuknya Islam Ke Nusantara

Nusantara adalah negara yang mayaoritas penduduknya beragama islam. Penduduk Nusantara yang menganut agama islam sekitar 85,2 % dari seluruh penduduk Nusantara. Masuk dan berkembangnya islam di Nusantara atau Indonesia sekarang, hingga pada saat ini tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang sangat panjang.

Terdapat beberapa teori dan pendapat yang menyatakan kapan islam datang dan mempengaruhi bangsa Nusantara. Pendapat-pendapat tersebut bukan hanya di dasarkan oleh bukti - bukti yang telah di temukan melainkan juga berasal dari catatan - catatan sejarah yang dibuat oleh bangsa lain pada masa lampau .

a. Masuknya Islam ke Nusantara pada abad ke 7 M

Pendapat ini didasarkan pada berita yang di peroleh dari pedagang Arab yang telah menjalin hubungan perdagangan dengan Nusantara pada perkembangan kerajaan Sriwijaya pada abad ke  7 M.

Dalam pendapat itu di sebutkan bahwa wilayah Nusantara yang menerima pengaruh Islam adalah daerah pantai Sumatra Utara atau wilayah Samudra Pasai. Dari Samudra pasai melalui jalur perdagangan agama islam menyebar ke Malaka san selanjutnya ke pulau Jawa.
Masuknya islam ke pulau Jawa pada abad ke 7 M, didasarkan berita dari Cina pada pemerintahan Dinasti Tang. Berita itu menytakan tentang adanya orang-orang Ta'shih (Arab dan Persia) yang mengurungkan, niatnya untuk menyerang kerajaan Kalingga dibawah pemerintahan Ratu Sima.


Islam Masuk Ke Nusantara Sejak Jaman Rosullulah SAW

Beberapa Hadist yang berkaitan dengan Al Hind (Nusantara), yaitu :
- Dari Ibnu Abbas r.a. telah berkata : “Sesungguhnya tempat pertama dimana Allah swt turunkan Nabi Adam as di bumi adalah di Al Hind (Nusantara)”. (H.R. Hakim)

- Dari Ali r.a. Telah berkata: “Bumi yang paling wangi adalah tanah Al Hind (Nusantara), di sanalah Nabi Adam as. Diturunkan dan pohonnya tercipta dari wangi surga”. (Kanzul Ummal).

- Dari Ibnu Abbas r.a. telah meriwayatkan Ali Bin Abi Thalib ra. Telah berkata: “Di bumi tanah yang paling wangi adalah tanah Al Hind (Nusantara) karena Nabi Adam as. telah diturunkan di Al Hind (Nusantara), maka pohon-pohon dari Al Hind (Nusantara) telah melekat wangi-wangian dari surga.” (H.R. Hakim)

- Dari Ibnu Abbas r.a. telah berkata bahwa Jarak antara Nabi Nuh as dengan hancurnya kaumnya adalah 300 tahun. Dari tungku api (tannur) di Al Hind telah keluar air dan kapalnya Nabi Nuh as. Berminggu-minggu mengelilingi Ka’bah. (H.R.Hakim). Riwayat ini penting kerana kita telah tahu bahwa Nabi Nuh berkemungkinan besar berasal dari Sundaland/Nusantara. Jadi Al Hind disini adalah Nusantara dan bukan India. Lihat postingan Sebelumnya.

- Dari Ali r.a. berkata bahwa dua lembah yang paling baik dikalangan manusia adalah lembah yang ada di Makkah dan lembah yang ada di Al Hind, dimana Nabi Adam as. diturunkan. Di dalam lembah itu ada satu bau yang wangi, yang darinya bisa membuat kamu jadi wangi.

- Dari Abu Sa’id Al Khudri r.a. mengatakan bahawa seorang raja dari Nusantara telah mengirimkan kepada Nabi SAW sebuah tembikar yang berisi halia. Lalu Nabi SAW, memberi makan kepada sahabat-sahabatnya sepotong demi sepotong dan Nabi SAW pun memberikan saya sepotong makanan dari dalam tembikar itu. (H.R. Hakim)

- Dari Ubay bin Ka’ab r.a. mengatakan: “Saya berkeinginan untuk keluar di jalan Allah ke Al Hind (Nusantara)”. Ubay bin Ka’ab ra. bertanya kepada Sayyidina Hasan ra.: “Berilah saya nasihat!”. Sayyidina Hasan ra. berkata: “Muliakanlah perinta Allah dimanapun kamu berada maka Allah akan memuliakan kamu”. (H.R. Baihaqi fii Syu’bul iman)


Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M, kepemimpinan Islam dipegang oleh para khalifah. Para pedagang muslim banyak bermukim di daerah pesisir pulau Jawa dan Sumatera yang penduduknya masih menganut agama Hindu. Sampai abad ke 8 M, pengaruh Islam telah menyebar ke seluruh Timur Tengah, Afrika Utara, dan Spanyol.

Pengajaran dan pendidikan Islam mulai dilakukan setelah masyarakat islam terbentuk. Kemudian pada masa dinasti Ummayah, pengaruh Islam mulai berkembang hingga Nusantara.

Ada juga berbagai pendapat lain menurut beberapa sejarawan, agama Islam baru masuk ke Nusantara pada abad ke 13 Masehi yang dibawa oleh para pedagang muslim. Ajaran-ajaran Islam yang mengajarkan persamaan derajat, tidak membeda-bedakan si miskin dan si kaya, si kuat dan si lemah, rakyat kecil dan penguasa, tidak adanya sistem kasta dan menganggap semua orang sama kedudukannya dihadapan Allah telah membuat agama Islam perlahan-lahan mulai dipeluk oleh para penduduk lokal. 

Di bawah kepemimpinan para khalifah, agama Islam mulai disebarkan lebih luas lagi. Sunan Kalijaga adalah salah satu tokoh terpandang yang mementaskan Wayang untuk mengenalkan agama Islam. Cerita Wayang yang dipentaskan biasanya dipetik dari kisah Mahabrata atau Ramayana yang kemudian disisipi dengan nilai-nilai budaya dan Islam.  Bagi masyarakat pribumi, para pedagang muslim dianggap sebagai kelangan yang terpandang. Wayang adalah salah satu sarana kesenian untuk menyebarkan Islam kepada penduduk lokal.

Setidaknya ada tiga teori yang mencoba menjelaskan tentang proses masuknya Islam ke Nusantara yaitu teori Mekkah, teori Gujarat, dan teori Persia.

Teori Gujarat, teori ini yang mendasari Snouck Hurgronje menyatakan bahwa agama Islam baru masuk ke Nusantara pada abad ke 13 Masehi yang dibawa oleh para pedagang dari Kambay (Gujarat) India. Para pedagang ini mendirikan masjid dan mendatangkan para ulama dan mubalig untuk mengenalkan nilai dan ajaran Islam kepada penduduk lokal.

Teori Persia, teori Persia menyatakan bahwa agama Islam dibawa oleh para pedagang dari Persia karena adanya beberapa kesamaan antara kebudayaan masyarakat Islam Nusantara dengan Persia.

Teori Mekkah, teori ini adalah teori baru yang muncul untuk menyanggah bahwa Islam baru sampai di Nusantara pada abad ke 13 dan dibawa oleh orang Gujarat. Meskipun begitu, belum diketahui secara pasti sejak kapan Islam masuk ke Nusantara karena para ahli masih berbeda pendapat mengenai hal tersebut.

Sejarah mencatat, kepulauan-kepulauan Nusantara merupakan daerah yang terkenal sebagai penghasil rempah-rempah terbesar di dunia. Hal tersebut membuat banyak pedagang dari berbagai penjuru dunia datang ke Nusantara untuk membeli rempah-rempah yang akan dijual kembali ke daerah asal mereka. Termasuk para pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat. Selain berdagang, para pedagang muslim tersebut juga berdakwah untuk mengenalkan agama Islam kepada penduduk lokal.

Hal ini menyebabkan banyak penguasa pribumi tertarik untuk menikahkan anak gadis mereka dengan para pedagang ini. Sebelum menikah, sang gadis akan menjadi muslim terlebih dahulu. Masuknya Islam ke Nusanatara dilakukan secara damai dan dilakukan dengan berbagai cara. Letak Nusantara yang strategis membuat lalu lintas perdagangan di Nusantara sangat padat dilalui oleh para pedagang dari seluruh dunia termasuk para pedagang muslim.

Pada abad ke 7 M sudah terdapat sebuah perkampungan muslim di pantai barat Sumatera. Proses masuknya Islam ke Nusantara dilakukan secara damai dengan cara menyesuaikan diri dengan adat istiadat penduduk lokal yang telah lebih dulu ada. Sebuah batu nisan berhuruf Arab milik seorang wanita muslim bernama Fatimah Binti Maemun yang ditemukan di Sumatera Utara dan diperkirakan berasal dari abad ke 11 M juga menjadi bukti bahwa agama Islam sudah masuk ke Nusantara jauh sebelum abad ke 13 M.

Pada abad ke 7 M itu pula tersiar kabar bahwa para saudagar dari Srilangka mendarat di kota Pelabuhan pantai Selatan pulau Jawa, kemudian menetap di kota-kota kecil seperti Caruban dan Garut.

Dalam bukunya Futher India and Indo-Malay Archipelago, Sejarawan asal Italia yang bernama G. E. Gerini, mencatat bahwa telah banyak masyarakat Arab bermukim di Nusantara sekitar tahun 606 - 699 M . Mereka masuk melalui Barusdan Aceh di Swarnabumi Utara. Dari sana menyebar ke seluruh Nusantara hingga ke China Selatan. Sekitar tahun 615 M, sahabat Rasulullah Ibnu Masud bersama kabilah Thoiyk, datang dan bermukim di Sumatera. Di dalam catatan Nusantara, Thoiyk disebut sebagai Ta Ce atau Taceh (sekarang Aceh). (Sumber : "Kesultanan Majapahit, Realitas Sejarah Yang Disembunyikan", karangan Hermanus Sinung Janutama).


Ada beberapa alasan, mengenai pemeluk Islam sampai ke Pulau Jawidwipa, yaitu :

1. Penganut Islam Pertama, yang berasal dari Nusantara, kemungkinan adalah leluhur Bangsa Aceh, yang ikut serta menghantar Ibnu Masud ra bersama kabilahnya.

Di dalam buku Arkeologi Budaya Nusantara, karangan Jakob Sumardjo, diperoleh informasi, berdasarkan catatan kekaisaran Cina, diberitakan tentang adanya hubungan diplomatik dengan sebuah kerajaan Islam Ta Shi di Nusantara.

Bahasa Cina menyebut muslim sebagai Ta Shi. Ia berasal dari kata Parsi Tajik atau kata arab untuk Kabilah Thayk (Thoiyk). Kabilah Thoiyk ini adalah kabilahnya Ibnu Masud r.a, salah seorang sahabat Nabi, seorang pakar ilmu Al Quran (Sumber : Arkeologi Semiotik Sejarah Kebudayaan Nuswantara).

2. Penguasa Nusantara, yang pertama memeluk Islam adalah Raja Sriwijaya yang bernama Sri Indravarman 718 M. Pada sekitar awal abad ke 7 M, orang-orang Persia Muslim mulai berdomisili di Sriwijaya akibat mengungsi dari kerusuhan Kanton. Dalam perkembangan selanjutnya, pada sekitar tahun 717 M, diberitakan ada sebanyak 35 kapal perang dari dinasti Umayyah dengan hadir di Sriwijaya, dan semakin mempercepat perkembangan Islam di Sriwijaya (Sumber : "Sejarah Umat Islam" : Karangan Prof. Dr. Hamka).

Ditenggarai karena pengaruh kehadiran bangsa Persia muslim, dan orang muslim Arab yang banyak berkunjung di Sriwijaya, maka raja Srivijaya yang bernama Sri Indravarman masuk Islam pada tahun 718 M (Sumber : "Ilmu politik Islam V, Sejarah Islam dan Umatnya sampai sekarang", Karangan H Zainal Abidin Ahmad, Bulan Bintang, 1979).

Sehingga sangat dimungkinkan kehidupan sosial Sriwijaya adalah masyarakat sosial yang di dalamnya terdapat masyarakat Buddha dan Muslim sekaligus.

Tercatat beberapa kali raja Sriwijaya berkirim surat ke khalifah Islam di Syiria. Bahkan disalah satu naskah surat adalah ditujukan kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz (717 - 720 M) dengan permintaan agar khalifah sudi mengirimkan dai ke istana Srivijaya (Sumber : Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara abad 12 dan 13 M, Karangan Prof. Dr. Azyumardi Azra MA) (Sumber Wikipedia : Kerajaan Melayu Kuno dan Hadits Nabi, Negeri Samudra dan Palembang Darussalam).




Sriwijaya Pintu Masuk Islam Ke Nusantara 

Nusantara adalah Kepeluan yang memiliki penganut Islam terbesar di dunia. Berdasarkan bukti-bukti historis, Islam telah berkembang di Nusantara, pada masa abad pertama hijriah. Dan bukan hal yang mustahil, apabila Rasulullah pernah mengirimkan surat dakwah, yang ditujukan kepada Raja Sriwijaya. Untuk membuktikan hal tersebut, mari kita ikuti, kronologis peristiwa sebagai berikut : Tahun 625 M Sebuah dokumen kuno asal Tiongkok menyebutkan, pada sekitar tahun 625 M di pesisir pantai Sumatera, yang berada di dalam naungan Kerajaan Sriwijaya, telah berdiri sebuah perkampungan Arab.

Kemaharajaan Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I Tsing, sementara dari Prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang Jayanasa. Diperkirakan pada sekitar tahun 500, akar cikal bakal Kerajaan Sriwijaya sudah mulai berkembang di sekitar wilayah Bukit Siguntang.

Dan masa ke-emasan Sriwijaya, sebagai negara maritim terbesar di Asia Tenggara, terjadi pada abad ke 9 M. Pada masa itu, Sriwijaya telah menguasai di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam dan Filipina. Sriwijaya juga mendominasi selat Malaka dan selat Sunda, yang menjadikan-nya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal (Sumber : Buku Hadits Rasulullah, Negeri Samudra dan Palembang Darussalam).

Tahun 1 H Peristiwa Hijrah Permulaan tahun Hijriah secara umum dihitung, bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622 Masehi.

Tahun 6 H Dalam masa damai, setelah perjanjian Hudaibiyah tahun 6H, Rasulullah SAW memperkenalkan Islam melalui surat yang beliau kirimkan, kepada para penguasa, pemimpin suku, tokoh agama nasrani, dan sebagainya. Melalui seruan dakwah yang memikat, dengan cara-cara yang santun, telah banyak membawa keberhasilan bagi jalan dakwah beliau.

Surat-surat Rasulullah SAW itu dibawa oleh orang-orang kepercayaan beliau di antaranya sebagai berikut :
- Dihial bin Kalbi diutus kepada Kaisar Romawi. 
- Abdullah bin Huzafah diutus kepada Kisra Persia. 
- Hatib bin Abi Balta’ah diutus kepada Gubernur Mesir, yang waktu itu berada di bawah kekuasaan Romawi.
- ‘Amar bin Umayyah diutus kepada Raja Etiopia. 
- Syuja’ bin Wahab diutus kepada Pageran Ghassan. 
- Hauzah bin ‘Ali Hanafi diutus kepada penguasa Yamamah.
Tahun 11 H Nabi Muhammad SAW wafat, kemudian dilanjutkan masa Khulafa’ur Rasyidin.

Peta Jalur Pelayaran Masuknya Islam Ke Nusantara

Tahun 48 H ditemukan beberapa makam Sahabat Nabi Muhammad SAW di Nusantara. Salah satu yang paling terkenal adalah makam Syeikh Rukunuddin di Barus (Fansur) Sumatera Utara. Pada makamnya tertulis bahwa beliau wafat pada tahun 48 H. Tidak diketahui siapa nama Syeikh Rukunuddin sebenarnya, tapi dari tanggal wafatnya kita bisa mengatakan bahwa kemungkinan beliau adalah salah sorang sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu orang yang hidup se-zaman dan berjumpa dengan beliau. Para sahabat dan tabiin telah memulai gelombang awal sejarah Islam di Bumi Nusantara.

Tahun 100 H Pada tahun 100 Hijriyah (718 Masehi) Maharaja Sriwijaya bernama Sri Indrawarman mengirimkan sepucuk surat kepada Kalifah Umar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Umayyah yang berisi permintaan kepada Khalifah untuk mengirimkan ulama yang dapat menjelaskan ajaran dan hukum Islam kepadanya.

Surat ini bukanlah berarti bahwa raja Sriwijaya ini telah memeluk agama Islam, melainkan hanya menunjukkan hasrat Sang Raja untuk mengenal dan mempelajari berbagai hukum, budaya, dan adat-istiadat dari berbagai rakan perniagaan dan peradaban yang dikenal Sriwijaya saat itu; yakni Tiongkok, India, dan Timur Tengah sementara Ibn Abd Al Rabbih di dalam karyanya Al Iqd al Farid pula, yang dikutip oleh Azyumardi Azra dalam bukunya “Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII’ menyebutkan adanya korespodensi antara raja Sriwijaya (Sri Indravarman) dengan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Pada sekitar tahun 100 H , Raja Sriwijaya berkirim surat yang isi surat tersebut adalah :

“دري راج د راج ﴿ماليکالعاملق﴾ ÙŠÚ  اداله کتورونن سريبو راج; ÙŠÚ  استريڽ جوݢ Ú†ÙˆÚ†Ùˆ سريبو راج; ÙŠÚ  د دالم کندڠ بيناتڠڽ ترداڤت سريبو ݢاجه; ÙŠÚ  د ولايهڽ ترداڤت دوا سوڠاي ÙŠÚ  مڠايري ڤوهون ݢهارو، بومبو-بومبو ويواڠين، ڤالا دان کاڤور باروس ÙŠÚ  سمربق واڠيڽ هيڠݢ منجڠکاو جارق 12 ميل; کڤد راج عرب ÙŠÚ  تيدق مڽکوتوکن توهن-توهن لاين دڠن الله. ساي تله مڠيريمکن کڤد اندا هديه، ÙŠÚ  سبنرڽ مروڤاکن هديه ÙŠÚ  تق بݢيتو باڽق، تتاڤي سکدر تندا ڤرساهابتن. ساي ايڠين اندا مڠيريمکن کڤد ساي سساورڠ ÙŠÚ  داڤت مڠاجرکن اسلام کڤد ساي دان منجلسکن کڤد ساي تنتڠ حکوم-حکومڽ“

Terjemahannya : Dari Raja di Raja (Malik al Amlak) yang adalah keturunan seribu raja ; yang isterinya juga cucu seribu raja; yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah; yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil; kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Allah. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya”

Dari Kronologis di atas, kita bisa dapatkan beberapa kemungkinan peristiwa sejarah (Alternatif Historis) :

1. Surat dakwah yang disebarkan Rasulullah ke seluruh pelosok negeri, bisa jadi ada yang ditujukan kepada Raja Sriwijaya. Mengingat telah adanya hubungan perdagangan antara Sriwijaya dengan bangsa Arab, yang ditandai dengan keberadaan perkampungan Arab di Sriwijaya, tahun 625 M.

2. Dakwah ke Nusantara, semakin intensif dilakukan pada masa Khalifah Muawiyah I. Dan tidak menutup kemungkinan Syeikh Rukunuddin, adalah salah seorang sahabat Rasulullah, yang dikirim Bani Umayyah, untuk menjadi salah seorang juru dakwah di Nusantara.

3. Ketika masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, Islam sudah sangat dikenal. Kuat dugaan, Raja Sriwijaya (Sri Indravarman), adalah seorang Muslim. Dan beliau sangat berkeinginan untuk mempelajari Islam secara lebih mendalam.

Surat Raja Sriwijaya kepada Khalifah :

Berikut kutipan dari buku Al-Iqdul Farid, Nuaym ibn Hammad said, “The king of India sent a letter to Umar ibn Abd al-Aziz, in which he said, ‘From the king of kings who is the son of a thousand kings and is married to the daughter of a thousand kings, in whose stables are a thousand elephants, who has two rivers that grow aloe-wood, aloes, coconuts, and camphor, whose scent is perceptible at a distance of twelve miles – to the king of the Arabs who does not attribute partners to God. After this exordium, I am sending you a gift that is not a gift but a greeting. I would like you to send me a man who would teach me Islam and explain it to me. And peace be to you.’ By gift, he meant the letter.

Tercatat Raja Sriwijaya Sri indrayana pernah dua kali mengirimkan surat kepada khalifah Bani Umayyah. Yang pertama dikirim kepada Muawiyah I, Bagian pembukaan dari surat pertama dikutip oleh al Jahiz dalam bukunya Kitab al Hayawan (Buku Fauna) berdasarkan 3 rantai isnad.

Kutipan surat itu berbunyi.... "(Dari Maha Raja) - yang istalnya berisi ribuan gajah, istananya berkilau emas dan perak, dilayani oleh ribuan puteri raja, yang menguasai dua sungai yang mengairi gaharu - untuk Muawiyah"

Muawiyah 1 sendiri hidup sekitar tahun 661 H pada masa itu tercatat oleh sejarawan Malaysia S. Fatimi.

Dan untuk surat yang ke 2 di kirimkan kepada khilafah Umar bin Abdul-Aziz. Surat kedua didokumentasikan oleh Abd Rabbih (860 - 940) dalam karyanya Al-Iqdul Farid Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah yang mampu mensejahterakan kaum muslimin selama 2 tahun saja.

Karena Masyarakat tidak ada yang merasa berhak untuk menerima zakat. Potongan surat tersebut berbunyi: “Dari Rajadiraja…; yang adalah keturunan seribu raja … kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan yang lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan; dan saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya, dan menjelaskan kepada saya hukum-hukumnya.” [Wikipedia]

Sejarawan Malaysia S. Fatimi memperkirakan surat-surat itu diterima Kalifah sekitar tahun 100 H / 717 M, sederhananya adalah ketika raja Sriwijaya mengirimkan surat itu adalah dalam kondisi masyarakat yang masih menganut Hindu dan kepercayaan yang lain bernuansa supranatural.

Ada kemungkinan bahwa kejadian ini sebagai titik awal islam masuk ke Nusantara, meskipun juga bahwa raja Indrayana tahu tentang Islam beserta pemerintahannya lantaran memang ada para pedagang timur tengah berdagang di kerajaan sriwijaya. Keberadaan surat ini.

Dalam buku yang sama, mengutip MD Mansoer (1970 : hal. 45), surat yang dimaksud sekarang masih tersimpan dengan baik di Museum Madrid di Spanyol.

Jadi untuk Teks asli surat Raja Sriwijaya kepada khalifah masih belum mencuat ke publik, karena kalau informasi ini benar maka satu-satunya cara adalah kita bisa mendapatkannya di Museum Madrid Spanyol.

Seperti itulah sejarah yang memang masih perlu penelusuran lebih untuk membuktikan Menelusuri Jejak Surat Raja Sriwijaya kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz Saya mengetahui adanya dugaan korespondensi antara Raja Sriwijaya, Sri Indrawarman dengan Khalifah Umar dari artikel biografi mengenai Umar bin Abdul Aziz yang saya baca di Wikipedia.

Tercatat Raja Sriwijaya pernah dua kali mengirimkan surat kepada khalifah Bani Umayyah. Yang pertama dikirim kepada Muawiyah I dan yang kedua kepada Khalifah Umar bin Abdul-Aziz.

Surat kedua didokumentasikan oleh Abd Rabbih (860 – 940 M) dalam karyanya Al - Iqdul Farid. Saya melakukan penelusuran di dunia maya dan berusaha mencari artikel terkait hal tersebut.

S. Fatimi, seorang sejarawan Malaysia yang menulis dan dikutip oleh Azyumardi Azra dalam bukunya Islam Nusantara. Azyumardi Azra menyatakan bahwa ada dua buah surat yang kemungkinan besar ditulis oleh Raja Sriwijaya untuk Khalifah Arab.

Karena tidak mendapatkan buku Islam Nusantara yang dimaksud, saya meneruskan penelusuran di dunia maya dan menemukan buku Sejarah dan Tamadun Bangsa Melayu yang ditulis oleh Ahmad Jelani Halimi. Buku yang disebut terakhir memberikan beberapa pencerahan bagi saya mengenai surat sang Raja Sriwijaya.

Buku Al-Iqdul Farid disebutkan ada raja India yang mengirim surat kepada Khalifah Umar. Berikut kutipan dari buku Al-Iqdul Farid, Nuaym ibn Hammad said, : "The king of India sent a letter to Umar ibn Abd al-Aziz, in which he said, ‘From the king of kings who is the son of a thousand kings and is married to the daughter of a thousand kings, in whose stables are a thousand elephants, who has two rivers that grow aloe-wood, aloes, coconuts, and camphor, whose scent is perceptible at a distance of twelve miles – to the king of the Arabs who does not attribute partners to God. After this exordium, I am sending you a gift that is not a gift but a greeting. I would like you to send me a man who would teach me Islam and explain it to me. And peace be to you.’ By gift, he meant the letter".

Dari buku edisi terjemahan bahasa Inggris tersebut hanya disebutkan Raja India, tidak spesifik menyebut nama Sriwijaya atau nama Sri Indrawarman.

Namun Ahmad Jaelani dengan mengutip S. Fatimi menafsirkan bahwa raja India yang dimaksud adalah Sri Indrawarman sang Raja Sriwijaya. Dalam buku yang sama, mengutip MD Mansoer (1970 : 45), surat yang dimaksud sekarang masih tersimpan dengan baik di Museum Madrid di Spanyol.

Dari sini, saya mengambil kesimpulan, dengan melihat runtutan waktu sejarah Bani Umayyah dan Sriwijaya memang ada kecocokan waktu. Terlebih lagi dari catatan yang lain, salah satunya catatan Itsing dan Ibn Batutah banyak diketahui catatan mengenai aktivitas perdagangan antar “negara” di masa lampau di perairan Sumatra - Melayu.


b. Masuknya Islam ke Nusantara pada abad ke 11 Masehi 
Sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa islam masuk ke Nusantara sejak abad ke 11 masehi, hal ini di buktikan dengan ditemukanya batu nisan Fatimah binti Maimun yang berada di dekat Gersik Jawa Timur, batu nisan ini berangka 1028 masehi.


c. Masuknya Islam ke Nusantara pada abad ke 13 Masehi 
Berdasarkan berita dari Marcopollo pada tahun 1292 dan cerita dari Ibnu batutah yang mengunjungi kerajan Samudra Pasai pada abad ke - 14, maka diperkirakan Islam sudah masuk ke Nusanatra pada abad ke  13 M.

Selain itu terdapat batu nisan Malik al Saleh yang meninggal pada tahun 1297 M, juga memperkuat bukti-bukti bahwa pada saat itu sudah terdapat kerajaan Islam di Nusantara.


Sejarah perkembangan Islam di Nusantara / Indonesia 

Penyebaran agama Islam di Nusantara di lakukan oleh pedagang dari Arab dan di bantu pedagang dari Persia dan India . Pada abad ke 7 Masehi masih merupakan awal mula Islam datang ke Nusantara.

Pada masa ini masih sedikit masyarakat yang mau menganut Islam, karena pada saat itu kekuasaan masih diduduki Raja-raja Hindu Budha, seperti Tarumanagara, Kutai dsb

Sejarah masuknya Islam ke Nusantara berlangsung lama dari abad ke 7 sampai dengan abad ke 13 Masehi selama itu pedagang dari Gujarat, Arab dan Persia masih insentif menyebarkan islam di daerah yang mereka kunjungi. Selain itu pedagang Nusantara yang sudah masuk agama Islam juga membantu prosesi penyebaran agama Islam .

Menjelang akhir abad ke 13 sekitar tahun 1285 berdiri kerajaan Islam pertama di Nusantara yaitu kerajaan Samudra Pasai. Malaka yang menjadi pusat perdagangan dan juga sebagai pusat penyebaran islam berkembang juga menjadi kerajaan baru yang bernama Kesultanan Malaka.

Pada awal abad ke 15 kerajaan Majapahit mengalami kemerosotan bahkan keruntuhan , banyak daerah kekuasaan yang melepaskan diri. Dan pada tahun 1500 berdirilah kerajaan Demak yang merupakan kerjaan islam pertama di pulau Jawa. Setelah itu di susul dengan berdiri kerjaan Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten. Selain itu banyak pula kerajaan-kerajaan di luar pulau jawa yang bercorak Islam.

Melalui kerajaan-kerajaan bercorak Islam itulah, agama Islam berkembang pesat dan tersebar di seluruh wilayah Nusantara.




Saluran penyebaran Agama Islam di Nusantara

Proses masuk dan berkembangnya Islam di Nusantara berjalan secara damai melalui beberapa saluran sebagai berikut :

a. Saluran perdagangan 
Proses agama islam dilakukan oleh para pedagang muslim yang menetap di pelabuhan - pelabuhan dan membentuk perkampungan muslim misalnya Pekojan .Saluran ini merupakan saluran yang dipilih sejak awal sejarah masuknya islam ke Nusantara.

b. Saluran perkawinan 
Proses penyebaran agama islam di lakukan dengan cara seseorang yang telah menganut agam islam menikah dengan seseorang yang belum masuk agama islam. Sehingga akhirnya pasangannya pun masuk agama islam.

c. Saluran dakwah 
Proses penyebarab agama islam di lakukan dengan cara memberi penerangan seperti yang di lakukan oleh wali sango dan ulama-ulama lainnya.

d. Saluran tasawuf 
Proses penyebaran agama islam di lakukan dengan cara menyesuaikan pola pikir masayrakat Nusantara yang masih dipengaruhi pada ajaran Hindu-Budha .

e. Saluran seni budaya 
Proses penyebaran agama islam dilakukan dengan cara menggunakan media-media seni budaya seperti pagelaran wayang kulit yang di lakukan oleh sunana kali jaga pada upacara sakaten dan seni sastra .

f. Saluran pendidikan
Proses penyebaran agama isalm di lakukan dengan cara mendirikan pesantren- pesantren yang di selenggarakan oleh guru-guru agama, ulama-ulama. Pesantren merupakan lembaga yang penting dalam penyebaran agama islam karena pembinaan guru-guru agama dan nantinya akan membantu menyebarkan agama islam .

Alasan agama islam mudah di terima oleh masyarakat Nusantara pada saat itu adalah :

1. Syarat masuk islam sangat mudah, karena jika seseorang telah mengucapkan dua kalimat syahadat maka orang tersebut sudah dianggap masuk islam.

2. Pelaksanaan biaya sederhana, dan biayanya murah.

3. Di dalam agama islam tidak terdapat pembagian kasta sehingga banyak masyarakat yang masuk islam karena ingin memperoleh derajat yang sama.

4. Aturan-aturan di dalam islam bersifat fleksibel dan tidak ada paksaan.

5. Agama islam masuk dari Gujarat, India mendapat penagaruh dari Hindu dan Tasawuf sehingga mudah dipahami.

6. Penyebaran islam di Nusantara di lakukan secara aman dan damai, tidak ada kekerasan dan si sesuaikan dengan kondisi dan budaya yang ada di Nusantara.

7. Runtuhnya kerajaan Majapahit pada abad ke-15 membuat penyebaran islam di Nusantara semakin mudah karena tidak ada pengaruh dari raja-raja yang beragama Hindu.

Tidak ada komentar